PROGRAM KURIKULUM LITERASI INFORMASI UNIVERSITAS UNTUK MEWUJUDKAN KONSEP PEMBELAJARAN SEUMUR HIDUP (LONG LIFE LEARNING)
PROGRAM
KURIKULUM LITERASI INFORMASI UNIVERSITAS UNTUK MEWUJUDKAN KONSEP PEMBELAJARAN
SEUMUR HIDUP (LONG LIFE LEARNING)
Oleh:
Ulul Faiqoh
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin
banyaknya informasi yang tersedia menyebabkan terjadinya ledakan informasi (information explosion) yang tidak bisa
dihindarkan. Ledakan informasi ini menyebabkan masyarakat bingung dalam menentukan
informasi yang tepat untuk kebutuhan Mereka. Dengan kebingungan yang terjadi di
kalangan masyarakat, penting sekali untuk mengajarkan kemampuan literasi di era
informasi saat ini.
Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi (ICT) juga mengakibatkan kesulitan dalam
memilih informasi yang selektif. Perkembangan ICT juga membuat sebagian
masyarakat kesulitan bagi yang belum terbiasa menggunakannya.
Mahasiswa
juga salah satu lapisan masyarakat yang mengalami kesulitan dalam pencarian
infromasi yang relevan dengan kebutuhan mereka. Mahasiswa membutuhkan banyak
informasi untuk memecahkan masalah dan untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Mahasiswa bisa memanfaatkan Perpustakaan perguruan tinggi yang ada. Perpustakaan
dalam menjalankan fungsinya harus selalu memperhatikan kebutuhan pemustakanaya.
Mahasiswa merupakan salah satu pemustaka perguruan tinggi yang banyak
membutuhkan informasi
Namun
mahasiswa cenderung mengandalkan mesin pencari (search engine) yang bisa diakses dengan menggunakan personal computer (PC), maupun gadget dengan bantuan jaringan internet.
Mereka cenderung malas untuk berkunjung ke perpustakaan yang telah disediakan
sebagai penunjang kebutuhan pembelajaran mereka.
Mahasiswa
dituntut untuk membuat tugas akhir, skripsi, tesis maupun disertasi yang erat
kaitannya dengan penelitian. Sebagian mahasiswa merasa kesulitan saat mencari
referensi yang akan digunaka untuk landasan teori penelitian mereka. Sebagiannya lagi meremehkan dengan berbagai
alasan. Mereka menyusun hasil penelitian
dengan kurang memperhatikan sumber-sumber yang mereka kutip. Biasanya mereka
hanya menggunakan sumber-sumber dari penelitian senior-senior mereka terdahulu
dan enggan mencari literatur-literatur yang lebih berbobot dan mutakhir.
Menurut
LP2MP Undip jumlah mahasiswa pada tahun 2014 mencapai 43.000 mahasiswa. Para
mahasiswa sangat menggantungkan keahliann dan ilmunya dari yang mereka dapatkan
melalui pemebelajaran di universitas. Mereka membutuhkan kemampuan literasi
untuk mewujudkan individu-individu yang mandiri untuk pembelajaran dan untuk
mengembangkan karir mereka di dunia kerja.
Literasi
informasi adalah komponen kunci, dan kontributor belajar sepanjang hayat.
Literasi informasi membentuk dasar untuk belajar sepanjang hayat. Hal ini umum
untuk semua disiplin ilmu, semua lingkungan belajar, dan semua tingkat
pendidikan.
Oleh
karena itu penting sekali bagi Perpustakaan Universitas untuk melakukan program
kurikulum literasi informasi untuk meningkatkan kemampuan literasi infromasi
mahasiswa dan untuk meningkatkan kualitas hasil penelitian para mahasiswa
khususnya yang sedang melakukan tugas akhir, baik skripsi, tesis, maupun
disertasi.
Perpustakaan
bisa melakukan integrasi dengan dosen-dosen pengajar dalam melakukan program
literasi informasi tersebut. Mengajarkan bagaimana mengenali kebutuhan
informasi mahasiwa, mengajarkan cara mencari informasi menuju sumber-sumber
yang tepat untuk dijadikan rujukan, mengajarkan cra mengevaluasi informasi yang
telah didapatkan, dan megajarkan bagaimana cara menggunaan informasi yang benar.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Literasi informasi
Literasi
informasi memang sudah menjadi istilah yang tidak asing lagi bagi mahasiswa
ilmu perpustakaan, karena memang terdapat matakuliah tentang literasi informasi
yang mereka terima. Namun bagi mahasiswa lain, mungkin istilah ini masih samar.
Ada yang menganggap literasi informasi hanya sebatas melek informasi, bisa
membaca dan memahami huruf. Arti dari istilah literasi informasi sudah mulai
meluas.
Definisi
literasi informasi menurut ALA dalam Naibaho (2007: 7): “information
literacy is a set of abilities requiring individuals to “recognize when
information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use
effective needed information”.
Artinya, literasi informasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
mengidentifikasi informasi yang dibutuhkannya, mengakses dan menemukan
informasi, mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi seara efektif dan
etis.
Sedangkan
Jan Olsen dan Coons dalam Behrens dalam Naibaho (2007: 7) memandang literasi
informasi dengan cakupan yang lebih luas. Menurut mereka literasi informasi dipandang
sebagai pemahaman peran dan kekuatan informasi, yakni: memiliki kemampuan untuk
menemukan, memanggil ulang informasi; mempergunakannya dalam pengambilan
keputusan; serta memiliki kemampuan untuk menghasilkan serta memanipulasi
informasi dengan menggunakan proses elektronik.
Dari
dua definisi di atas bisa disimpulkan bahwa literasi informasi merupakan
kemampuan seseorang untuk mngenali kebutuhan informasinya, mencari informasi,
mengevaluasi informasi dan menggunakannya untuk pengambilan keputusan secara
etis dan legal.
Literasi
informasi perlu dikuasai oleh semua lapisan masyarakat khususnya mahasiswa
sebagai agent of change. Kemampuan
ini nantinya tidak hanya dapat digunakan mahasiswa dalam menyelesaikan tugasnya
di bangku kuliah yang tentu membutuhkan sumber referensi yang credible, melainkan juga dapat
diterapkan dalam lingkungan kerja tempat ia bekerja nantinya. Tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa literasi informasi merupakan keterampilan yang urgent
agar mampu mengikuti perkembangan dan arus informasi yang semakin cepat
berkembang.
2.2. Manfaat Literasi Informasi
di Perguruan Tinggi
Manfaat
kompetensi literasi informasi dalam dunia perguruan tinggi menurut
California State University dalam Hasugian (2008: 37) adalah:
·
Menyediakan metode yang telah teruji
untuk dapat memandu mahasiswa kepada berbagai sumber informasi yang terus
berkembang.
·
Mendukung usaha nasional untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
·
Menyediakan perangkat tambahan untuk
memperkuat isi perkuliahan. Dengan kompetensi literasi informasi yang
dimilikinya, maka mahasiswa dapat
mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan perkuliahan sehingga dapat
menunjang isi perkuliahan tersebut.
·
Meningkatkan pembelajaran seumur hidup.
demikian literasi informasi juga sangat pentinguntuk dunia kerja. (Hasugian,
2008: 37).
Dari tujuan yang
dipaparkan di atas, dapat terlihat betapa bermanfaatnya literasi informasi
terutama di dunia pendidikan tinggi. Apalagi mahasiswa yang selalu berkutat
dengan setumpuk tugas yang mengharuskan untuk mencari sumber referensi ilmiah
yang dapat dipertanggungjawabkan isinya. Dalam pengajaran literasi informasi, tidak
hanya peserta pembelajaran yang aktif, melainkan pengajar juga dituntut untuk
proatif agar pengajaran yang dilakukan dapat memberikan manfaat bagi peserta
dalam hal ini mahasiswa Universitas.
McGuinness dalam
Karnad (2013: 4) berpendapat bahwa pustakawan cenderung bertindak dengan cara
reaktif untuk kebutuhan akademisi, daripada proaktif untuk mempromosikan
keterampilan literasi informasi. Sikap reaktif ini kemudian mengarah untuk
solusi jangka pendek yang dirancang hanya untuk mengatasi satu atau dua
masalah. Haynes dalam Karnad (2013: 4) menegaskan bahwa pustakawan harus
mengambil inisiatif dalam mempromosikan keterampilan literasi informasi. Loomis
dalam Karnad (2013:4) menambahkan bahwa pustakawan harus menyelaraskan tujuan
mereka sendiri menggabungkan keterampilan literasi informasi ke dalam kurikulum
dengan tujuan akademisi dan lembaga untuk mempengaruhi struktur kekuasaan dalam
institusi dan membantu membentuk pendidikan konten.
2.3
Contoh Penerapan Program Literasi Informasi
Sebagian
perpustakaan perguruan tinggi yang telah mendesain program kurikulum literasi informasi, seperti
Perpustakaan Universitas Indonesia (UI). Sementara, Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia sekitar 2 tahun lalu juga telah memperkenalkan program information
skills kepada sejumlah pustakawan perguruan tinggi di tanah air. Masih di
tingkat nasional. Kongres Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) di Bali tahun 2006
juga bertemakan literasi informasi. Namun usaha-usaha tersebut belum sebanding
dengan usaha yang dilakukan oleh Negara-negara lain. (Salmubi).
Di Jepang, (Inoue,
Naiti, dan Koshizuka) membuat beberapa perubahan dalam kurikulum melalui
memperkenalkan Informasi
keaksaraan dalam kurikulum. Pemerintah Jepang menekankan bahwa literasi
informasi harus diposisikan
sejajar dengan keaksaraan sebagai "membaca, menulis, dan aritmatika ". Ini harus menjadi salah satu dasar perubahan dan siswa terlibat dalam
informasi canggih sehingga ciety. Mereka juga menekankan perlunya untuk
membangun masyarakat informasi dalam kehidupan sehari-hari (In oue, Naiti, dan
Koshizuka dalam Boeriswati, 2012: 651).
Sejak tahun
1993, Selandia Baru telah memiliki kurikulum nasional yang mencakup keterampilan informasi eksplisit. Masuknya literasi informasi dalam
kurikulum pendidikan nasional di Selandia Baru memberikan dasar yang kuat untuk pengembangan literasi informasi
di masyarakat. Berdasarkan hasil survei,
sekolah di Selandia Baru ditemukan bahwa
sebagian besar guru mengatakan bahwa literasi informasi adalah pribadi butuhkan untuk pengembangan
profesional, untuk memenuhi keterampilan informasi yang diminta oleh kurikulum,
sehingga literasi informasi
merupakan kewajiban. (Moore dalam Boeriswati, 2012: 651).
2.4 Literasi
Informasi untuk Pembelajaran Seumur Hidup
Literasi
informasi menjadi ketrampilan yang sangat penting bagi pustakawan di era global
saat ini, sehingga literasi informasi bagi pustakawan tidak hanya ditandai
sekedar melek huruf saja, namun sebenarnya aplikasinya lebih dari itu, karena
sudah seharusnya penguasaan literasi informasi menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari pustakawan.
Perpustakaan Universitas
seharusnya mendesain program kurikulum literasi informasi dan mengajarkannya
kepada mahasiswa. Mengapa? Karena memang literasi informasi itu sangat penting
untuk pembelajaran seumur hidup (long
life learning). Literasi informasi memastikan setiap individu memiliki
kemampuan intelektual untuk berpikir kritis dan berargumentasi, serta belajar
bagaimana cara belajar. Itu sebabnya literasi informasi selalu dikaitkan dengan
pembelajaran seumur hidup (life long learning).
Menurut Chan
Yuen Chin dalam Naibaho (2007: 6)
:
a. Literasi
informasi sangat penting untuk kesuksesan belajar seumur hidup.
b. Literasi
informasi merupakan kompetensi utama dalam era informasi.
c. Literasi
informasi memberi kontribusi pada perkembangan pengajaran dan
pembelajaran.
Literasi
informasi adalah "seperangkat keterampilan" yang dapat dipelajari. Itu
seperangkat keterampilan termasuk sikap tertentu terhadap pembelajaran itu
sendiri, penggunaan alat-alat, seperti tutorial online, penggunaan teknik,
seperti bekerja dengan kelompok-kelompok, dan penggunaan metode, seperti
ketergantungan pada mentor dan pelatih. Sebaliknya, belajar sepanjang hayat
adalah kebiasaan yang baik yang harus diperoleh dan disertai dengan adopsi kerangka
berpikir positif. Kemauan untuk berubah dan rasa ingin tahu atau haus pengetahuan
sangat membantu pra-kondisi untuk belajar sepanjang hayat. Literasi informasi
memungkinkan peserta didik untuk menguasai konten dan memperluas kemampuan
mencari informasi, menjadi mandiri dan mengambil kendali lebih besar atas
pembelajaran mereka sendiri.
Mengembangkan
pembelajar seumur hidup merupakan pusat misi lembaga pendidikan tinggi. Dengan
memastikan bahwa individu memiliki kemampuan intelektual penalaran dan berpikir
kritis, dan dengan membantu mereka membangun kerangka untuk belajar cara
belajar, perguruan tinggi dan universitas menyediakan fondasi untuk pertumbuhan
lanjutan sepanjang karier mereka, serta dalam peran mereka sebagai warga negara
informasi dan anggota masyarakat.
Literasi
informasi membantu menumbuhkan nilai informasi. Informasi memiliki peran yang
sangat berharga dalam semua tingkat hidup. Jika literasi informasi sudah
dimasukkan dalam kurikulum perpustakaan, mulailah tugas pustakawan Perpustakaan
Univeristas untuk melakukan kolaborasi dengan dosen-dosen pengajar untuk
memberikan pelajaran dan praktek agar para mahasiswa mempunyai kemampuan
literasi informasi.
Walaupun
konsep kolaborasi antara pustakawan dan dosen itu bukan hal baru, komitmen
untuk megnggunakan pendekatan belum menjadi sebuah trend. Rader dalam Bara (2014: 17) tiga unsur yang sangat
berpengaruh pada keberhasilanintegrasi perpustakaan dan ketrampilan literasi
informasi kedalam kurikulum akademis:
1. Pihak
perpustakaan mempunyai komitmen
cukup lama untuk
mengintegrasikan
2. Bimbingan
pemustaka kedalam kurikulum
3. Pustakawan
dan dosen bekerja dalam pengembangan kurikulum dan lembaga mempunyai komitmen
tinggi untuk meningkatkan mutu mahasiswa
dalam hal berfikir kritis, pemecalahan masalah dan ketrampilan informasi.
Pustakawan
bisa mengajarkan secara langsung saat proses belajar mengajar di kelas, atau
bisa mengadakan diskusi tersendiri di perpustakan maupun melalui diskusi
online. Pustakwan bisa memberikn tutorialnya melalui buku-buku panduan maupun
tutorial online yang bisa diakses di website perpustakaan Undip
digilip.undip.ac.id.
Salah satu
alasan bahwa universitas-universitas didirikan adalah untuk melatih tenaga
kerja tingkat tinggi. ALA dalam Rasaki (2008) menjelaskan memproduksi pembelajar
seumur hidup yang penting bagi misi lembaga pendidikan. Ubogu dalam Rasaki (2008) menegaskan bahwa misi perpustakaan
akademik meliputi membantu siswa menghasilkan informasi yang melek dan siap untuk
belajar sepanjang hayat. Sebagai siswa menjadi pembelajar aktif, penekanan akan
bergeser dari guru-berpusat untuk lingkungan belajar berpusat pada peserta
didik.
BAB III
KESIMPULAN
Information explosion merupakan situasi ketika informasi
dapat dengan mudah disebarluaskan, dikomunikasikan, dan diakses melalui
jaringan internet. Fenomena ini memberikan berbagai dampak positif, yaitu
ketersediaann informasi yang beragam sehingga pencari informasi dapat leluasi
memilih informasi mana yang dibutuhkan. Disatu sisi, fenomena ini memberi
dampak negative apabila tidak dapat memanfaatkan sebaik mungkin, yaitu
informasi yang begitu banyak membuat kebingungan untuk menemukan informasi yang
berkualitas.
Untuk
itu, dalam menghadapi fenomena ini diperlukan sebuah kemampuan untuk mengetahui
lokasi informasi, menemukan, mensistesis, mengevaluasi, hingga akhirnya
menggunakan informasi dengan aturan yang benar yaitu keterampilan literasi
informasi. Akan tetapi, sebagian besar orang dalam hal ini mahasiswa belum
memiliki kemampuan literasi informasi. Maka dari itu, diperlukan sebuah pengajaran
kemampuan literasi informasi dengan memasukkan kurikulum literasi informasi ke
dalam mata kuliah di setiap jurusan yang ada di Universitas.
Kemampuan
literasi bermnfaat untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa, baik untuk kebutuhan
nformasi sehari-hari, maupun kebutuhan informasi menyusun penelitian. Mahasiswa
bisa mendapatkan referensi yang relevan dan credible agar menghassilkan
penelitian yang lebih berkkualitas.
Kemampuan
literasi juga sangat beguna untuk karir mahasiswa selanjutnya. Di lingkungan
kerja setiap individu pasti membutuhkan kemampuan literasi informasi agar untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka dengan baik saat bekerja. Dan kemampuan ini bisa
dimanfaatkan untuk pembelajaran seumur hidup.
DAFTAR
PUSTAKA
Bara, Abdul
Karim Batu. “Literasi Informasi di Perpustakaan”, dalam Jurnal Iqra’ Volume
08 No.01 Mei,
2014. http://oaji.net/articles/2015/1937-1430101000.pdf.
Diunduh Jum’at, 21 Mei 2015.
Boeriswati, Endry. “The Implementing
Model of Empowering Eight for Information Literacy”, dalam US-China Education Review A. http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED535495.pdf.
Diunduh Rabu, 12 Mei 2015.
Hasugian,
Jonner. “Urgensi Literasi Informasi Berbasis
Kompetensi di Perguruan Tinggi”, dalam Pustaha: Jurnal Studi
Perpustakaan dan Informasi, Vol. 4, No. 2, Desember 2008. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16100/1/pus-des2008-%20%284%29.pdf. Diunduh Rabu, 12 Mei 2015.
Karnad
Arun. 2013. “Embedding Digital and
Information Literacy in Undergraduate
Teaching”. http://eprints.lse.ac.uk/51221/1/__libfile_REPOSITORY_Content_Centre%20for%20Learning%20Technology_Embedding%20digital%20information%20literacy.pdf.
Diunduh Senin, 25 Mei 2015.
Naibaho. Kalarensi. 2008. “Menciptakan Generasi
Literat Melalui Perpustakaan”. http://eprints.rclis.org/12549/1/Menciptakan_Generasi_Literat_Melalui_Perpustakaan.pdf. Diunduh Rabu, 12 Mei 2015.
Rasaki.
Oluwole Ejiwoye. “A Comparative Study of Credit Earning Information Literacy
Skills Courses of Three African Universities”, dalam Library Philosophy and
Practice 2008. http://www.webpages.uidaho.edu/~mbolin/rasaki.htm.
Diunduh Rabu, 30 April 2015.
Salmubi. “Peningkatan
Daya Saing Bangsa Lewat Program Literasi Informasi: Sebuah Peran Perpustakaan
Nasional di Era Informasi”. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.pnri.go.id%2FiFileDownload.aspx%3FID%3DAttachment%255CMajalahOnline%255CPeningkatan%2520Daya%2520Saing%2520Bangsa%2520lewat%2520Program%2520Literasi%2520Informasi.pdf&ei=zP1dVbrwMIbauQSDg4CYCg&usg=AFQjCNHLFjdKOzt2GYScgzFcHoC-ixYplA&bvm=bv.93756505,d.]c2E.
Diunduh Jum’at, 21 Mei 2015.
Casino Bonus Codes - December 2021
BalasHapusNo 바카라 사이트 deposit bonus casino herzamanindir.com/ promotions. We goyangfc.com recommend 2021 casino poormansguidetocasinogambling.com bonus https://febcasino.com/review/merit-casino/ codes and promos for new players. We also list new casino bonuses for December 2021.